Ketika itu, Dybala sebenarnya tak masuk ke dalam proyek Juve. Maka dari itu, Bianconeri berusaha untuk menguangkan La Joya -julukan Dybala. Sebab, sejak kedatangan Cristiano Ronaldo pada musim panas 2018, posisi bermain Dybala mulai tergeser dan menjadi tidak efektif.
Dybala jadi lebih sering bermain melebar dan ia kesulitan untuk menampilkan performa terbaiknya. Dybala sendiri mengakui bahwa pada paruh kedua musim 2018-2019 ia gagal bermain gemilang. Akan tetapi, hal itulah yang membuat Dybala menolak hengkang.
Mantan bintang Palermo itu pasalnya tak ingin meninggalkan Juve dengan kondisi menyedihkan, yakni sebagai pemain buangan. Maka dari itu, ia bersikeras untuk bertahan di Juve. Pada akhirnya, kehadiran Maurizio Sarri sebagai pelatih justru mengubah nasib Dybala. Sebab, dengan formasi racikan Sarri, Dybala mampu mengeluarkan potensi terbaiknya.
"Itu kurang lebih tahun lalu ketika Juventus tidak ingin mengandalkan saya, tidak ingin saya terus bermain di sini. Saat itulah saya dihubungi dan ada beberapa klub yang tertarik pada saya. Di antaranya adalah Manchester United dan Tottenham,” ungkap Dybala, seperti dilansir dari Goal, Rabu (10/6/2020).
"Saya berpikir untuk waktu yang lama ada percakapan, kemudian Paris Saint-Germain juga muncul. Saya tidak berbicara langsung dengan salah satu dari mereka, tetapi ada percakapan dengan klub. Namun, niat saya pada saat itu adalah untuk bertahan,” sambung La Joya.
“Saya tidak memiliki tahun yang baik atau positif selama enam bulan terakhir, jadi saya tidak ingin pergi dengan citra itu karena saya pikir saya telah memberikan klub banyak momen menyenangkan dan tidak adil jika saya pergi seperti itu. Jadi saya juga menyampaikan bahwa niat saya adalah bertahan, bekerja untuk tumbuh dan memberikan yang terbaik di sini,” pungkas Dybala.
Posting Komentar